KUALATUNGKAL – Berdasarkan prakiraan cuaca yang di sampaikan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau akan terjadi sekitar bulan Juli hingga September 2020. Kondisi kemarau ini tentu saja menuntut kewaspadaan dan kesiagaan semua kalangan mengingat rawannya kebakaran hutan dan lahan.
Mengingat semakin dekatnya musim kemarau tersebut, Kapolres Tanjabbar AKBP Guntur Saputro menghimbau agar warga dan seluruh korporasi agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Selain itu, dirinya meminta kepada masyarakat untuk bersama menjaga situasi di musim kemarau nanti.
Menurut Guntur pihaknya saat ini sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BPBD termasuk juga desa-desa yang berada di zona rawan karhutla.
“Sebagai langkah awal antisipasi, kita sudah melaksanakan kegiatan koordinasi dengan berbagai pihak mulai dari perusahaan, BPBD dan desa serta membentuk komunitas masyarakat peduli api,”ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa dalam pencegahan dan program kegiatan Karhutla nantinya, pihaknya memfokuskan pada tiga poin utama yakni kesiapan sumber daya manusia, kesiapan sarana dan prasarana diantara peralatan terkait dengan pencegahan dan pemadaman serta kesediaan air.
“Untuk tiga poin tersebut prasarana kemarin sudah kita gelar di Mapolres Tanjabbar, digabung kan perlengkapan dari BPBD dan masyarakat, “ujarnya.
Menurutnya saat ini pihak-pihak terkait sudah mempersiapkan semuanya. Termasuk terjadinya hal-hal yang nantinya tidak diinginkan.
“Kita berharap orang yang mewakili benar-benar cakap dan terampil serta profesional. Kemudian dari kesediaan air sudah kita lakukan pendataan pengecekan langsung titik yang diduga potensi terjadinya kebakaran. Apakah kesediaan air nya ada dan cukup serta bisa di gunakan di musim kemarau seperti embung parit sebagai lokasi penyediaan air untuk melakukan pemadaman,” sebutnya.
Ditambahkan kapolres, upaya pencegahan Karhutla ini bukan hanya peran dari pemerintah maupun perusahaan saja, namun juga dari desa dan terutama masyarakat sangat di tuntut kesadaran dan kepeduliannya akan ancaman dan bahaya Karhutla.
“Tapi kita berharap mencegah semaksimal mungkin, termasuk kemarin kita melaksanakan kegiatan program polisi sambang desa titik sasaran nya adalah titik yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Kita berharap semua nya ikut mencegah apabila melihat atau menemukan potensi terjadinya kebakaran atau musim kemarau nanti mereka aktif Patroli,” sebutnya.
Guntur menegaskan agar perusahaan yang berada di Tanjabar terkhusus yang bergerak di bidang perkebunan untuk menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Seperti embung, menara api dan tim satgas karhutla di tingkat perusahaan.
“Sejumlah perusahaan sudah kita ingatkan untuk membuat embung, agar nanti kesediaan air saat terjadi karhutla lebih mudah,”pungkasnya.
Sementara Kepala BPBD Tanjabbar Zulfikri menyebutkan bahwa di Kabupaten Tanjabbar sendiri ada 7 Kecamatan yang rawan akan Bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). 7 Kecamatan tersebut yakni, Kecamatan Betara, Kuala Betara, Bram Itam, Pengabuan, Senyerang, Tebing Tinggi dan Batang Asam.
“Di Kecamatan Betara ada 8 desa, Kuala Betara 2 desa, Bram Itam 2 desa, Pengabuan 4 desa, senyerang 3 desa, Tebingtinggi 3 desa dan Batang Asam 7 desa.” Kata Zulkifli.
“Wilayah kita ini merupakan lahan gambut yang sangat mudah terbakar, buktinya pada tahun 2019 lalu ada 88 kejadian dengan lahan yang terbakar mencapai 570 hektar.”tambahnya. (*).
Discussion about this post