Jambi – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jambi terus memberikan edukasi literasi dan inklusi keuangan syariah kepada masyarakat. Salah satunya kepada insan pers. Kegiatan dibalut dalam program Gebyar Ramadan Nusantara yang digelar pada Rabu, 20 April 2022, di Hotel Yello Jambi dan dikuti 50 wartawan.
Dua pembicara dihadirkan. Yakni, Farid Faletehan selaku Deputi Direktur Pengembangan Perbankan Syariah yang menyampaikan materi tentang Roadmap Perbankan Syariah. Pembicara satu lagi yakni Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Jambi, Fasha Fauziah yang menyampaikan Kinerja Pasar Modal Syariah.
Kepala OJK Provinsi Jambi, Yudha Nugraha Kurata dalam sambutannya kegiatan edukasi merupakan salah satu program kantor OJK Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan khususnya di Provinsi Jambi.
“Ini juga termasuk dalam serangkaian kegiatan Gebyar Safari Ramadan 1443 H, sebagaimana yang telah ditargetkan Presiden RI melalui Perpres nomor 114 tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif dimana Nilai Indeks Inklusi Keuangan mencapai sebesar 90% pada tahun 2024,” ujarnya.
Yudha mengatakan, Indonesia memiliki potensi ekonomi dan keuangan syariah yang cukup tinggi. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sekitar 230 juta orang, serta jaringan Industri Keuangan Syariah yang telah berdiri dan tersebar di seluruh Nusantara, maka seharusnya menjadi pusat keuangan syariah di Dunia.
“Tentu patut kita syukuri bahwa Industri Keuangan Syariah di Indonesia dari waktu ke waktu tumbuh dan berkembang ke arah yang positif, meskipun pertumbuhannya tidak sebesar pertumbuhan industri keuangan konvensiona,” ujarnyal.
Salah satu elemen yang menyebabkan belum tingginya pangsa pasar industri keuangan syariah, kata Yudha yakni mayoritas penduduk Indonesia belum mengenal produk keuangan syariah dengan baik.
“Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada tahun 2019, Indeks Literasi Keuangan Syariah skala nasional sebesar 8,9% , artinya baru 9 dari 100 orang dewasa yang mengenal produk keuangan syariah. Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan konvensional yang mencapai 38%. Sebagai akibatnya, tingkat Inklusi keuangan syariah baru mencapai sebesar 9,1%, jauh tertinggal dibandingkan dengan tingkat inklusi keuangan konvensional yang mencapai 75,3%,” ujar Yudha.
Namun, kata Yudha, kita harus tetap optimis. Besarnya gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan konvensional juga menyiratkan bahwa ruang untuk peningkatan pemahaman serta penggunaan produk dan layanan keuangan syariah masih besar. Salah satu upaya poin penting dalam upaya akselerasi tersebut adalah penggunaan teknologi informasi atau digitalisasi.
Discussion about this post