Jambi – Pementasan Begambang yang di lakukan sangga seni batin penghulu di ruangan teater jambi tepatnya di taman budaya jambi berhakir sukses
Begambang kegiatan berbalas pantun merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga. Dalam penampilan begambang terdapat tiga pembabakan ,Nostalgia,Kritis dan Ambiguitas.
Melalui pantun-pantun yang indah dan iringan musik yang merdu, begambang mampu menyuarakan berbagai macam perasaan dan pengalaman hidup.
Paduan ketiga pembabakan membuat penampila mendapat tepukan meriah dari penonton.
Pementasan yang di laksanakan di Taman Budaya Jambi ini juga dihadiri oleh Gubernur Jambi yang diwakili oleh asisten II bidang ekonomi Johansyah, S.E, ME, Kepala Pusat Perlindungan Bahasa dan Sastra yang diwakili oleh Indah Rosalia destianti, Sekretaris Disparpora kabupaten Merangin Elvi Susana, S.E,ME, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi Dr. Adi Budi Wiyanto ,SH, M.Hum, Sekretaris Kesbangpol Provinsi Jambi Afrizal, Kepala Taman Budaya Jambi Kepala Eri Argawan, S.E, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan kabupaten Merangin Weni Rahmayeni, S.Sos, MM.
Dalam sambutannya Johansyah, meminta maaf Gubernur tidak bisa datang dikarenakan dengan bersamaan waktu Gubernur ada agenda kegiatan yang lain, “saya mengapresiasi kegiatan Pementasan Begambang ini yang diselenggarakan oleh Sanggar Seni Budaya Batin Penghulu Kabupaten Merangin dan menyambut baik selogan Budayo Kito Jago Yang Mudo Meneruskan yang mengingatkan kita bahwa warisan budaya jangan sampai hilang terutama pada kalangan anak muda”, terangnya.
Karya ini merupakan hasil pengolahan dari sastra lisan Begambang menjadi sajian seni pertunjukan yang dikemas secara modern tujuannya agar anak muda jaman sekarang bisa menerimanya,”ujar Febra Moyu selaku ketua sanggar seni batin penghulu.
Melalui penafsiran ulang, karya ini merupakan bentuk hibrid dari unsur-unsur tradisi Begambang dan modern yang kami jadikan tawaran untuk menciptakan lokus alternatif dalam merespon salah satu isu kontemporer, yakni masalah lingkungan.
Melalui karya ini, kami mencoba untuk menghadirkan seni pertunjukan dramatik yang memadukan seni musik, tari dan teater menjadi satu sajian yang utuh.
Sejak moderenitas menggema hampir ke seluruh pelosok negeri telah memberikan efek ke berbagai aspek kehidupan manusia. Dampaknya, secara sadar atau tidak,bisa kita amati pada gejala-gelala perilaku dan pola fikir manusia.
Pada berbagai tingkatannya, sumbangsih moderenitas telah banyak melahirkan produk-produk yang menopang jalannya peraban. Namun, di sisi lain, peran kita sebagai makhluk yang hidup di zaman modern ini banyak menemui dilema.
Sadar akan situasi terombang-ambing di era ini, membuat kami merindukan stabilitas yang pernah diceritakan oleh pendahulu-pendahulu kita.
Melalui nilai-nilai itu, kami mencoba untuk memaknai kejeniusan lokal pada masa lampau dalam menjalani kehidupan.
melalui nilai-nilai itu, kami ingin mengajak kita semua untuk memahami betapa luar biasanya pandangan hidup yang telah digagas oleh pelaku sastra lisan kita untuk kita jadikan pedoman.
Terdapat tiga alur pembabakan pada karya ini, yakni Nostalgia, Kritis danbAmbiguitas.
Pembabakan ini mengacu pada narasi yang ingin dihadirkan beramaan dengan harapan kita akan keselaraan kehidupan manusia dengan alam.
Untuk para pelaku budaya, tetua-tetua kami, saudara-saudara sekalian, generasi penerus bangsa dan untuk kelestarian budaya Jambi. (den)
Discussion about this post