Jambi – PT Mendahara Agrojaya Industry (MAI) merupakan anak perusahaan yang diakuisisi oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI pada 4 Oktober 2012 lalu. PT MAI adalah kebun kelapa sawit yang berada diatas lahan gambut dengan luas area lahan 3.231 hektar.
Berlokasi di Kecamatan Geragai Kabupaten Provinsi Jambi, kebun sawit milik PT MAI terletak di Desa Lagan dengan area tanaman kelapa sawit seluas 3.105 hektar, bangunan perusahaan atau perumahan seluas 8,83 hektar, jalan dan parit atau sekat kanal seluas 109,12 hektar dan area konservasi seluas 9 hektar.
Pada 8 Juni 2022 PT MAI Merger (bergabung) dengan PTPN VI menjadi salah satu unit bernama Unit Usaha Lagan.
Manajer Operasional Unit Usaha Lagan, Nazarsyah Hutagalung mengatakan capaian produksi PT Mendahara Agrojaya Industry, pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 6,89% dari tahun 2020. Sejak tiga tahun terakhir pergerakan produksi TBS menunjukkan trend yang positif, dimana tahun 2019 produksi TBS sawit yaitu 6,67 ton perhektar, tahun 2020 produksi TBS sawit yaitu 6,66 ton perhektar, dan meningkat pada tahun 2021 yaitu 7,11 ton perhektar.
“Bahkan capaian produksi PT MAI sampai Mei 2022 mengalami kenaikan 4,79 persen dari tahun 2021. Sedangkan penjualan sampai April 2022 senilai Rp 25,45 Miliar dan keuntungan mencapai Rp838 juta selama tahun 2022 ini,” ujarnya kepada wartawan di Usaha Lagan PTPN VI. Selasa (14/6/2022).
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan (Sekper) PTPN VI Jambi, Achmedi Akbar menyampaikan, usia tanam sawit di PT Mendahara Agrojaya Industry mulai dari tahun 2010, 2012, 2013 dan seterusnya.
Maka suatu hal yang wajar apabila TBS sawit yang dihasilkan belum sebanyak unit usaha yang lain.
“Apabila umurnya semakin bertambah, produksi TBS sawit juga akan bertambah. Tentunya kedepan akan ada peningkatan target produkusi TBS sawit di Unit Usaha Lagan ini,” jelasnya.
Menjaga Produksi Sawit di Lahan Gambut
Nazarsyah Hutagalung mengatakan, perkebunan sawit di lahan gambut harus memperhatikan sistem pengairannya agar menghasilkan TBS yang memiliki rendemen berkualitas. Maka dari itu perlu menerapkan sistem pengelolaan air dengan membuat pintu-pintu air di kanal-kanal dalam perkebunan sawit PT Mendahara Agrojaya Industry. Air diatur dengan volumenya harus selalu terjaga di 0,4 atau 40 cm dibawah permukaan tanah, agar asupan air ke tanaman sawit dapat terserap dengan baik.
“Kita selalu menjaga sistem pengairan ini, maka dari itu kita yakin produksi TBS sawit tidak akan kalah dengan sawit yang berasal dari lahan tanah mineral,” tuturnya.
Perkebunan sawit di lahan gambut memiliki keuntungan tersendiri, dengan sistem pengairan lebih terjaga. Apabila musim kemarau tiba, maka tidak akan mempengaruhi hasil sawit, karena ketersediaan air selalu terjaga. Berbeda dengan sawit yang ditanam di lahan tanah mineral, tentunya akan mempengaruhi hasil TBS apabila terjadi musim kemarau yang panjang.
Area Konservasi Ditengah Perkebunan
Nazarsyah Hutagalung menyebutkan PT MAI menyiapkan area 9 hektar hutan Konservasi untuk satwa dilindungi di Provinsi Jambi pada lahan gambut. Hutan ini dibiarkan hidup subur ditengah perkebunan sawit untuk menjaga satwa yang dilindungi agar tidak punah.
Banyak satwa yang dilindungi telah berkembang biak dan hidup berdampingan di tengah perkebunan sawit.
“Kita sudah mencadangkan areal konservasi bagi tanaman hutan endemik gambut serta perlindungan satwa dilindungi seperti kera putih, bangau putih dan jenis-jenis satwa melata lainnya seperti jenis ular kobra dan lainnya,” jelasnya.
Program CSR untuk Masyarakat
PT Mendahara Agrojaya Industry juga aktif memberikan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat sekitar. Setidaknya, ada tiga desa disekitar area perkebunan yang rutin mendapatkan bantuan secara bergiliran seperti Desa Sungai Tawar, Kampung Lama dan Lagan Tengah.
Berbagai bantuan bahkan diberikan mulai dari bantuan sembako hingga bantuan kepada masjid berupa material bangunan, hingga aksi cepat tanggap terhadap korban bencana.
“Lahan gambut untuk kemitraannya, kami lebih fokus sekarang lebih ke CSR-nya” Ujarnya.
Ia menambahkan, CSR ini juga diberikan kepada karyawan kebun dengan tujuan membuat karyawan betah di tempat mereka tinggal terlebih dahulu.
“Kita membuat karyawan betah dulu tinggal dengan apa yang mereka tanam seperti pinang, naga, dan lainlain serta bantuan sarana dan prasarana yang memadai seperti air bersih dan listrik,” tandasnya.
Discussion about this post